Minggu, 14 November 2010

Tugas PDB (EMOSI DAN SUASANA HATI)

Pendahuluan

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran tuhan yang maha esa atas selesainya penyusunan tugas perilaku dalam berorganisasi ini. Maka makalah ini disusun berdasarkan analisa dari kelompok kami.

Dalam tugas dimakalah ini kami bermaksud meringkas materi tentang EMOSI DAN SUASANA HATI.

Palembang, Juni 2010

Tim Penulis

EMOSI DAN SUASANA HATI

Kita butuh mengklarifikasi tiga istilah yang berkaitan secara dekat : afek, emosi, dan suasana hati.

- Afek adalah sebuah istilah umum yang mencakup beragam perasaan yang dialami orang.

- Emosi adalah perasaan – perasaan intens yang ditunjukan kepada seseorang atau sesuatu.

- Suasana hati adalah perasaan – perasaan yang cenderung kurang intens dibanding emosi dan sering kali tanpa rangsangan kontekstual.

Kebanyakan ahli yakin bahwa emosi lebih cepat berlalu dari pada suasana hati. Sebagai contoh , bila seseorang bersikap kasar terhadap anda , anda akan merasa marah. Perasaan intens kemarahan tersebut mungkin datang dan pergi dengan cukup cepat, bahkan mungkin dalam hitungan detik. Tetapi ketika sedang dalam suasana hati yang buruk , anda dapat merasa tidak enak untuk beberapa jam. Anda menunjukan emosi ketika merasa senang mengenai sesuatu , marah kepada seseorang , ataupun takut terhadap sesuatu. Sebaliknya suasana hati biasanya tidak ditunjukan kepada seseorang atau suatu kejadian. Emosi dapat berubah menjadi suasana hati ketika anda kehilangan fokus pada kejadian atau objek yang mencetuskan perasaan tersebut. Dengan tanda yang sama suasana hati yang baik dan buruk dapat membuat anda menjadi emosional sebagai respons pada suatu kejadian.dan akan secara jelas bila digambarkan pada tampilan dibawah ini :


Pertama, seperti yang diperlihatkan tampilan tersebut,afek adalah sebuah istilah luas yang meliputi emosi dan suasana hati.kedua, terdapat perbedaan – perbedaan antara emosi dan suasana hati. Beberapa dari perbedaan – perbedaan ini bahwa emosi lebih mungkin disebabkan oleh suatu kejadian tertentu, dan emosi lebih cepat berlalu dibandingkan suasana hati. Pada gambar sebelumnya itu juga memperlihatkan bahwa emosi dan suasana hati dapat saling mempengaruhi. Sebagai contoh, jika cukup kuat dan dalam , sebuah emosi dapat berubah menjadi suasana hati.mendapatkan pekerjaan impian anda dapat membangkitkan emosi kegembiraan, tetapi hal tersebut juga dapat menempatkan anda dalam suasana hati yang bagus hanya untuk beberapa hari.secara serupa suasana hati yang baik dan buruk dapat membuat anda mengalami emosi positif dan negatif yang lebih intens dari biasanya.

KUMPULAN DASAR EMOSI

Emosi mencakup rasa marah , jijik , antusias , iri , takut , frustasi , kecewa , malu , bahagia , benci , berharap , cemburu , gembira , cinta , bangga , terkejut , dan sedih. Rene Descartes yang sering kali disebut sebagai pendiri filsafat modern, menyebutkan enam “nafsu sederhana dan primitif”- rasa kagum , cinta , benci , hasrat , gembira , dan sedih – dan menyatakan bahwa “yang satu terdiri atas beberapa atau merupakan bahkan bagian dari keenam emosi tersebut.”

Dalam penelitian kontemporer , psikolog telah mencoba mengidentifikasi emosi – emosi dasar dengan mempelajari berbagai ekspresi wajah. Salah satu masalah dari pendekatan ini adalah beberapa emosi terlalu kompleks untuk secara mudah diekspresikan melalui wajah.

BEBERAPA ASPEK EMOSI

Ada beberapa aspek fundamental dari emosi yang harus kita pertimbangkan, meliputi biologi emosi, intensitas emosi, frekuensi dan durasi emos, keterkaitan antara rasionalitas dan emosi, dan fungsi emosi.

- Biologi emosi

Semua emosi berasal dari sistem limbik otak, yang kira –kira berukuran sebesar sebuah kacang walnut dan terletak dekat batang otak kita. Ketika orang bahagia maka sistem limbik mereka secara relatif tidak aktif. Tapi ketika sistem limbik “memanas” emosi – emosi negatif seperti rasa marah dan bersalah mendominasi emosi – emosi yang positif seperti kegembiraan dan kebahagiaan.

- Intensitas

Setiap orang memiliki kemampuan bawaan yang bervariasi untuk mengekspresikan intensitas emosional.

- Frekuensi dan Durasi

Suksesnya pemenuhan tuntutan emosional seorang karyawan dari suatu pekerjaan tidak hanya bergantung pada emosi – emosi yang harus ditampilkan dan intensitasnya tetapi juga pada seberapa sering dan lamanya mereka berusaha menampilkannya.

Apakah emosi membuat kita irasional ?

Kita harus memiliki kemampuan untuk mengalami emosi agar dapat menjadi rasional. Karna emosi memberikan informasi penting mengenai bagaimana kita memahami dunia sekitar kita.

SUASANA HATI SEBAGAI AFEK POSITIF dan NEGATIF

Bila emosi dikategorikan menjadi dua kelompok positif dan negatif, maka akan menjadi keadaan suasana hati karna sekarang emosi dipandang secara lebih umum dan bukan mengisolasi satu emosi tertentu. Jadi kita dapat menganggap afek positif sebagai sebuah dimensi suasana hati yang terdiri atas emosi – emosi positif seperti kesenangan, ketenangan diri, dan kegembiraan pada ujung tinggi, dan kebosanan, kemalasan, dan kelelahan pada ujung rendah. Afek negatif adalah sebuah dimensi suasana hati yang terdiri atas kegugupan, stress, dan kegelisahan pada ujung tinggi, serta relaksasi, ketenangan dan keseimbangan pada ujung rendah.


Intensitas Afek

Merupakan perbedaan individual dalam kekuatan dimanan individu-individu mengalami emosi mereka.

Hari dalam Seminggu dan Waktu dalam Sehari.

Sebagian besar orang berada di tempat kerja atau sekolah pada hari Senin hingga Jumat. Dengan demikian, sebagian besar orang akan memanfaatkan akhir minggu untuk bersantai dan bersenang-senang. Berarti orang-orang berada pada suasana hati terbaik di akhir minggu seperti diperlihatkan pada Tampilan 8-3, orang-orang cenderung berada dalam suasana hati terburuk (afek negatif tertinggi dan afek positif terendah) di awal minggu dan berada dalam suasana hati terbaik (afek positif tertinggi dan afek negatif terendah) di akhir minggu.

Bagaimana dengan waktu dalam sehari? Kita sering menganggap bahwa orang-orang berbeda, bergantung pada apakah mereka adalah orang "pagi" atau "malam." Tetapi, mayoritas dari kita mengikuti sebuah pola yang serupa. Orang-orang biasanya berada dalam semangat yang lebih rendah pada awal pagi. Seiring hari berlanjut, suasana hati cenderung meningkat dan kemudian menurun pada malam hari. Tampilan 8-4 menunjukkan pola ini.

Menariknya, tidak peduli jam berapa orang pergi tidur pada malam hari atau bangun di pagi hari, tingkat afek positif cenderung memuncak sekitar titik tengah antara bangun tidur dan pergi tidur. Tetapi, afek negatif memperlihatkan sedikit fluktuasi di sepanjang hari."

Apa artinya ini bagi perilaku organisasional? Untuk meminta bantuan seseorang, atau menyampaikan berita buruk, mungkin bukanlah ide yang bagus pada hari Senin pagi. Interaksi kita di tempat kerja mungkin akan lebih positif dari menjelang tengah hari dan seterusnya, dan juga mendekati akhir minggu.

Cuaca.

Seorang ahli menyimpulkan, "Berlawanan dengan pandangan kultur yang ada, data ini menunjukkan bahwa orang-orang tidak melaporkan suasana hari yang lebih baik pada hari yang cerah (atau, sebaliknya, melaporkan suasana hati yang lebih buruk pada hari gelap dan hujan ).”

Korelasi ilusif menjelaskan mengapa orang-orang cenderung berpikir bahwa cuaca yang menyenangkan meningkatkan suasana hati mereka. Korelasi ilusif (illusory correlation) terjadi ketika orang mengasosiasikan dua kejadian yang pada kenyataannya tidak memiliki sebuah korelasi.

Stres.

Seperti yang diperhatikan oleh penulis sebuah penelitian, "adanya peristiwa yang terus-menerus terjadi yang menimbulkan stres tingkat rendah sekalipun berpotensi menyebabkan para pekerja mengalami tingkat ketegangan yang semakin lama, seiring berjalannya waktu semakin meningkat."

Tingkat stres dan ketegangan yang menumpuk di tempat kerja dapat memperburuk suasana hati karyawan, sehingga , menyebabkan mereka mengalami lebih banyak emosi negatif. Walaupun kadang-kadang kita mencoba mengatasi stres, bagi kebanyakan dari kita, stres mulai memengaruhi suasana hati kita .

Aktivitas Sosial.

Bagi sebagian besar orang, aktivitas sosial meningkatkan suasana hati positif dan memiliki pengaruh sedikit terhadap suasana hati negatif. Tetapi, apakah orang-orang dengan suasana hati positif mencari interaksi sosial, atau apakah interaksi sosial menyebabkan orang-orang mempunyai suasana hati yang baik? Tampaknya keduanya benar."

Penelitian mengungkap bahwa aktivitas sosial yang bersifat fisik (berski atau berjalan kaki dengan teman), informal (pergi ke sebuah pesta), atau Epicurean (makan bersama orang lain) lebih diasosiasikan secara kuat dengan peningkatan suasana hati yang positif dibandingkan kejadian-kejadian formal (menghadiri sebuah rapat) atau yang bersifat duduk terus-menerus (menonton TV dengan teman).

Interaksi-interaksi sosial bahkan memiliki manfaat kesehatan jangka panjang. Suatu penelitian mengenai umur panjang mengungkap bahwa berada berdampingan bersama orang lain (sebagai kebalikan dari isolasi sosial) merupakan prediksi terbaik mengenai seberapa lama seseorang akan hidup—lebih penting daripada gender, atau bahkan tingkat tekanan darah atau kolesterol.Salah satu dari alasan untuk hal ini adalah afek positif.

Tidur.

Kualitas tidur memengaruhi suasana hati. Para sarjana dan pekerja dewasa yang tidak memperoleh tidur yang cukup melaporkan adanya perasaan kelelahan yang lebih besar, kemarahan, dan ketidakramahan. Satu dari alasan mengapa tidur yang lebih sedikit, atau kualitas tidur yang buruk, menempatkan orang dalam suasana hati yang buruk karena hal tersebut memperburuk pengambilan keputusan dan membuamya sulit untuk mengontrol emosi . Sebuah penelitian terbaru menyatakan bahwa kurang tidur pada malam sebelumnya juga memperburuk kepuasan kerja seseorang pada hari berikutnya, karena sebagian besar karena orang merasa lelah, cepat marah, dan kurang waspada.

Olahraga.

Penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa olahraga meningkatkan suasana hati positif. Tampaknya, terapi olahraga berpengaruh paling kuat terhadap mereka yang mengalami depresi. Walaupun olahraga berpengaruh secara konsisten terhadap suasana hati, tetapi tidak terlalu kuat kuat. Jadi, olahraga dapat membantu Anda berada dalam suasana hati yang lebih baik, tetapi jangan mengharapkan mukjizat.

Usia.

Suatu penelitian atas orang-orang yang berusia 18 hingga 94 tahun mengungkapkan bahwa emosi negatif tampaknva semakin sarang terjadi seiring bertambahnya usia seseorang. Bagi seseorang yang lebih tua, suasana hati positif yang tinggi bertahan lebih lama dan suasana hati yang buruk menghilang dengan lebih cepat. Penelitian tersebut mengimplikasikan bahwa pengalaman emosional cenderung membaik bersama bertambahnya usia, sehingga seiring bertambah tua, kita mengalami lebih sedikit emosi negatif.

Gender.

Dalam perbandingan antargender, wanita menunjukkan ekspresi emosional yang lebih besar dibandingkan pria ; mereka mengalami emosi secara lebih intens; dan mereka menunjukkan ekspresi emosi positif maupun negatif yang lebih sering, kecuali kemarahan . Tidak seperti pria, wanita juga menyatakan lebih nyaman dalam mengekspresikan emosi. Wanita juga mampu membaca petunjuk nonverbal dan paralinguistik secara lebih baik dibandingkan pria.

Para peneliti telah menyatakan tiga kemungkinan penjelasan tentang ini :

Penjelasan pertama adalah pria dan wanita disosialisasikan dengan cara yang berbeda-beda . Pria diajarkan menjadi kuat dan berani. Menunjukkan emosi tidak konsisten dengan citra ini. Sebaliknya, wanita disosialisasikan untuk mengasuh. Mungkin inilah penyebab adanya persepsi bahwa wanita biasanya lebih ramah dan hangat dibandingkan pria. Sebagai contoh, wanita diharapkan untuk mengekspresikan lebih banyak emosi positif pada pekerjaan (ditunjukkan dengan tersenyum) dibandingkan pria, dan mereka memang demikian.

Penjelasan kedua adalah wanita mungkin memiliki kemampuan pembawaan lebih untuk membaca orang lain dan memperlihatkan emosi mereka dibandingkan pria.

Penjelasan ketiga, wanita mungkin memiliki kebutuhan yang lebih besar terhadap penerimaan sosial dan, juga, sebuah kecondongan yang lebih tinggi untuk menunjukkan emosi-emosi positif, seperti kebahagiaan.

Batasan-batasan Eksternal pada Emosi

Pengaruh-pengaruh Organisasional.

Bukti yang ada mengindikasikan bahwa terdapat bias terhadap emosi yang intens dan negatif. Ekspresi dari emosi-emosi negatif seperti rasa takut, gelisah, dan marah cenderung tidak dapat diterima kecuali dalam kondisi yang benar-benar spesifik .Misalnya, dalam kondisi anggota kelompok berstatus tinggi menunjukkan rasa tidak sabar kepada anggota yang berstatus rendah. Lagi pula, ekspresi-ekspresi dari emosi yang intens, apakah negatif atau positif, cenderung tidak dapat diterima karena manajemen menganggapnya dapat merusak kinerja tugas rutin. Pada umumnya, iklim dalam suatu organisasi yang dikelola dengan baik adalah iklim yang berusaha untuk bebas dari emosi.

Pengaruh-pengaruh Kultural.

Apakah tingkat seberapa besar orang mengalami emosi bervariasi dalam setiap kultur? Ya. Sebagai contoh, di Cina orang menyatakan bahwa mereka mengalami lebih sedikit emosi positif dan negatif dibandingkan orang-orang dalam kultur lainnya, dan apa pun emosi yang mereka alami adalah kurang intens dibandingkan pada kultur lain. Dibandingkan dengan orang Cina daratan, orang Taiwan lebih menyerupai orang Amerika dalam pengalaman mereka terhadap emosi: Secara rata-rata orang Taiwan melaporkan lebih banyak emosi positif dan lebih sedikit emosi negatif dibandingkan rekan mereka di Cina. Secara umum, orang-orang dalam sebagian besar kultur tampaknya mengalami emosi-emosi positif dan negatif tertentu, tetapi sampai derajat tertentu, frekuensi pengalaman dan intensitas mereka memang bervariasi.

Apakah interpretasi orang atas emosi bervariasi dalam setiap kultur?

Secara umum, orang-orang di seluruh dunia menginterpretasikan emosi negatif dan positif dengan cara yang sama. Kita semua memandang emosi negatif, seperti kebencian, ketakutan, dan kemarahan, sebagai hal yang berbahaya dan destruktif. Kita semua juga menginginkan emosi-emosi positif—seperti kegembiraan, cinta, dan kebahagiaan. Tetapi, beberapa kultur menghargai lebih tinggi emosi tertentu daripada yang lainnya.

Sebagai contoh, orang Amerika menghargai antusiasme, sementara orang Cina menganggap emosi-emosi negatif lebih berguna dan konstruktif dibandingkan orang Amerika. Secara umum, kebanggaan diri dipandang sebagai emosi positif di kultur-kultur Barat yang individualistis seperti AS, tetapi kultur-kultur Timur seperti Cina dan Jepang cenderung memandang kebanggaan diri sebagai sebuah emosi yang tidak disukai.

Apakah norma untuk ekspresi emosi berbeda-beda dalam setiap kultur?

Tentu saja. Sebagai contoh, orang Muslim menganggap senyum sebagai pertanda daya tarik seksual, sehingga kaum muslimah (wanita muslin) diajarkan agar tidak ternsenyum kepada pria. Selain itu, penelitian telah menunjukkan bahwa pada negara-negara kolektivis, kemungkinan orang lebih percaya bahwa emosi yang ditunjukkan menimbulkan kaitan antara mereka dengan orang yang mengekspresikan emosi tersebut. Sedangkan orang dalam kultur individualistis tidak menganggap bahwa ekspresi emosional orang lain diarahkan kepada mereka.

KASUS MENDUKUNG EI

EI telah menjadi konsep kontroversial PO. EI mempunyai pendukung dan penentangnya. Dalam bagian berikut, kita akan meninjau argumen – argumen yang mendukung, keberadaan EI dalam PO.

Daya Tarik Intuitif.

Terdapat banyak daya tarik intuitif pada konsep EI. Sebagai dasar orang akan setuju dahwa adalah baik untuk memiliki kecerdasan jalanan dan kecerdasan sosial. Orang – orang yang dapat mendeteksi emosi orang lain, mengendalikan emosi mereka sendiri, dan menangani interaksi sosial dengan baik dan mempunyai kaki yang kuat untuk berdiri dalam dunia bisnis. Jadi pemikiran ini berlanjut, seperti sebuah contoh, para rekanan dalam sebuah perusahaan konsultan multinasional yang memiliki nilai diatas rata – rata pada ukuran EI menghasilkan $1,2 juta lebih bayak dalam bisnis dibandingkan rekan – rekan lainnya.

EI Meramalkan Kriteria Yang Penting.

Terdapat bayak bukti yang memperkuat bahwa EI tingkat tinggi mempengaruhi kinerja seseorang menjadi lebih baik dalam pekerjaannya.. Satu penelitian menemukan bahwa EI telah dapat meramaikan kinerja karyawan dalam sebuah pabrik rokok di cina.” Sebua penelitian lainnya’ menemukan bahwa kemampuan untuk mengenali emosi pada ekspresi waja orang lain dan untuk” mencuri dasar” secara emosional (mengambil sinyal – sinyal harus mengenai emosi orang lain).

EI Berbaris Biologis

Satu penelitian telah menunjukkan bahwa orang –orang dengan kerusakan pada bagian otak yang mengatur pemrosesan emosional (luka – luka dalam area korteks prefrontal) mempunyai nilai yang secara signifikal lebih rendah pada ujian – ujian EI. Meskipun orang lain dengan kerusakan otak tersebut tidak mempunyai nilai yang lebih rendah pada ukuran – ukuran standar kecerdasan dibandingkan orang –orang yg tidak memiliki kerusakan otak yang sama, mereka tetap terganggu dalam pengambilan keputusan normal.

EI Adalah Sebuah Konsep yang Samar

Bagi bayak peneliti, adalah tidak jelas mengenai apa yang dimaksud dengan EI. Apakah EI merupakan suatu bentuk kecerdasan? Sebagian besar dari kita tidak menganggap bahwa menjadi sadar diri, dapat memotifasi diri , atau memiliki empati merupakan masalah kecerdasan.jadi., apakah EI sebuah nama keliru! Lagipula , seringkali peneliti yang berbeda berfokus pada keterampilan yang berbeda , membuatnya sulit untuk mendapatkan definisi atas EI.

“Konsep EI sekarang telah menjadi sangat luas dan komponen – komponennya sangat beragam sehingga … hal tersebut bahkan bukan lagi merupakan sebuah konsep kecerdasan.

EI Tidak Dapat Diukur

Bayak keritik telah menimbulkan pertayaan mengenai pengukuran EI. Karena EI adalah bentuk kecerdasan, misalnya, maka harus terdapat jawaban benar dan salah mengenai hal ini dalam tes. Beberapa tes memang memiliki jawaban benar dan salah. Meskipun validitas dari sejumlah pertanyaap pada ukuran – ukuran ini masih dupertanyakan,sebagai contoh, satu ukuran meminta anda untuk mengasosiasikan perasaan tersebut dengan warna tersebut, seperti warna unggu selalu membuat kita merasa sejuk bukan hangat.

Secara umum, ukuran – ukuran EI sangat beragam, dan para peneliti belum menjadikan hal ini sebagai subjek penelitian yang teliti seperti hal ini telah mengukur kepribadian dan kecerdasan umum.

Validitas EI Masih Dipertanyakan

EI tidak memiliki sesuatu yang unik untuk ditawarkan. Terdapat sejumlah dasar untuk argument ini. EI tampak sangat berhubungan dengan ukuran – ukuran kepribadian , khususnya stabilitas emosional. Tapi belum dapat cukup riset mengenai apakah EI menambahkan wawasan melampaui ukuran – ukuran kepribadian dan kecerdasan umum dalam meramalkan kinerja kerja pada pekerjaan.

Sekarang setelah anda mengetahui lebih banyak mengenai kecerdasan emosional, apakah menurut anda. Anda dapat menentukan apakah yang membuat orang termotivasi.

Aplikasi –Aplikasi PO terhadap emosi dan Suasana Hati

Seleksi

Satu implikasi dari bukti yang ada sampai hari ini pada EI adalah bahwa para pemberi kerja harus mempertimbangkannya sebagai sebuah faktor dalam merekrut karyawan . bahkan, semakin bayak pemberi kerja mulai menggunakan ukuran – ukuran EI untuk mempekerjakan orang

Pengambilan keputusan

Para peneliti PO masih terus memperdebatkan peran emosi dan suasana hati negatif dalam pengambilan keputusan. Sebuah artikel yang mendapat penghargaan menyatakan bahwa orang – orang yang tertekan (mereka yang secara kronis mengalami suasana hati atau emosi – emosi negatif seperti kesedihan) membuat penilaian – penilaian yang lebih akurat dibandingkan orang – orang yang tidak tertekan. Pernyataan ini membuat beberapa peneliti menyatakan bahwa perkataan “lebih sedih tapi lebih bijaksana” adalah benar.

Tetapi orang yg tertekan membuat keputusan yang lebih buruk dari orang yang bahagia. Mengapa! Karna orang yg tertekan lebih lambat memproses informasi dan cenderung menimbang semua kemungkinan pilihan, ketimbang hanya pilihan yang lebih mungkin diambil.

Kreativitas

Orang – orang yang mengalami suasana hati atau emosi positif lebih flaksibel dan terbuka dalam pemikiran mereka.beberapa para peneliti tidak percaya bahwa suasana hati positif membuat orang lebih kereatif . Mereka menyatakan bahwa ketika orang dalam keadaan hati positif ,mereka dapat rileks dan mengerjakan hal – hal yang berjalan dengan baik.tetapi pandangan ini adalah kontoversial. Hingga terdapat lebih bayak peneliti pada subjek tersebut, kita dapat menyimpulkan dengan aman menyimpulkan bahwa untuk bayak tugas, suasana hati positif meningkatkan kreativitas kita.

Motifasi

Teori – teori motifasi menyatakan bahwa individu- individu” termotifasi hingga 1 tingkat dimana perilaku mereka diharapkan untuk membawa hasil yang diinginkan”.ketika anda melihat orang yang sangat termotifasi dalam pekerjaan mereka ,mereka berkomikmen secara emosional.

Pelayanan Pelanggan

Keadaan emosional seorang pekerja mempengaruhi pelayanan pelanggan yang berpengaruh terhadap tingkat pengulangan bisnis dan tingkat kepuasan pelanggan. Selain itu emosi kariawan dapat juga berpindah kepada kariawan.

Efek tersebut disebut penularan emosional,

Penularan emosional adalah peroses dimana emosi seeorang berpengaruh terhadap emosi orang lain.

Sikap kerja

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang – orang yang mempunyai hari baik di tempat kerja cenderung berada dalam suasana hati yang lebih baik dirumah pada malamnya.

Selain itu orang – orang yang mengalami hari buruk cendereng berada dalam hati buruk setelah mereka berada di rumah.

Bukti ini menyatakan bahwa orang – orang yang mengalami hari – hari penuh tekanan di tempat kerja cenderung kesulitan untuk rileks di setelah di rumah.

Perilaku Menyimpang di tempat kerja

Emosi –emosi negatif juga dapat membawa sejumlah perilaku menyimpang di tempat kerja misal:

Iri hati adalah sebuah emosi yang terjadi ketika anda membenci seseorang karna memiliki sesuatu yang tidak anda miliki tetapi sangat anda inginkan.

Hal tersebut dapat berujung pada perilaku menyimpang yang berdampak kejahatan.

Kepemimpinan

Kemampuan untuk memimpin orang lain adalah sebuah kuatilas fundamental yang dicari organisasi – organisasi dalam kariawan mereka,para pemimpin yang efektip mengandalkan dayatarik emosional untuk membantu menyampaikan pesan – pesan mereka. Para eksekutif perusahaan mengetahui pentingnya kandungan emosional jika mengiginkan para kariawan untuk mempercayai fisi mereka atas masa depan perusahaan mereka dan menerima perubahan.

Negosiasi

sebuah proses emosional; tetapi kita sering sekali mengatakan bahwa seorang negosiator yang ulung mempunyai “wajah poker” . Pendiri saluran poker inggris(Britain’s Poker Channel), Crispin Nieboer, menyatakan,”itu sebuah permainan gertakan dan terdapat emosi dan ketegangan manusia yang luar biasa, melihat siapa yang menggertak paling lama.”beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa negosiator yang berpura – pura marah memiliki keuntungan atas lawan mereka. Mengapa? Ketika seseorang negosiator menunjukkan kemarahan , lawan menyimpulkan bahwa negosiator tersebut telah menyerahkan semua yang ia dapat, dan dengan demikian lawan menyerah

TEORI PERISTIWA AFEKTIF

Emosi dan suasana hati adalah suatu bagian penting dari kehidupan kita, khususnya kehidupan pekerjaan kita. (affective events theory – AET) menunjukkan bahwa karyawan bereaksi secara emosional pada hal-hal yang terjadi pada mereka di tempat kerja.

Teori tersebut dimulai dengan mengenali bahwa emosi adalah sebuah respons terhadap peristiwa dalam lingkungan kerja. Peristiwa – peristiwa kerja tersebut memicu reaksi emosi positif atau negatif.

Akhirnya, emosi-emosi memengaruhi sejumlah variable kinerja dan kepuasan seperti perilaku kewargaan organisasional,komitmen organisasional, tingkat usaha, maksud-maksud untuk berhenti,dan penyimpangan tempat kerja.

KECERDESAN EMOSIONAL

Orang-orang yang mengenal emosi-emosi mereka sendiri dan mampu dengan baik membaca emosi orang lain dapat menjadi lebih efektif dalam pekerjaan mereka.

(emotional intelligence-EI) terdiri atas lima dimensi:

  • Kesadara diri- sadar atas apa yang anda rasakan.
  • Menejemen diri-kemampuan mengelola emosi dan dorongan-dorongan anda sendiri.
  • Motivasi diri-kemampuan bertahan dalam menghadapi kemunduran dan kegagalan.
  • Empati-kemampuan merasakan apa yang dirasakan orang lain.
  • Keterampilan social-kemampuan menangani emosi orang lain.

KERJA EMOSIONAL

(Emotional labor) adalah ekspresi seorang karyawan dari emosi-emosi yang diinginkan secara organisasional selama transaksi antar personal di tempat kerja. Semkin pentingnya kerja emosional sebagai sebuah komponendari kinerja pekerjaan yang efektif menyebabkan pemahaman akan emosi memperoleh relevensi yang semakin besar dalam bidang PO.

EMOSI YANG DIRASAKAN VERSUS EMOSI YANG DITAMPILKAN

Emosi yang dirasakan adalah emosi sebenernya dari seorang individu. Sebalaiknya, emosi yang ditampilkan adalah emosi yang di haruskan organisasi untuk ditampilkan oleh pekerja dan di pandang sesuai dalam pekerjaan tertentu.

Kerja emosional menimbulkan dilemma bagi karyawan. Terdapat orang-orang dengan siapa anda harus bekerja yang benar-benar anda tidak suka.

Mungkin menururut anda kepribadian mereka kasar. Mungkin anda tahu mereka mengatakan hal-hal negatife mengenai anda dibelakang andatetapi pekerjaan anda mengharuskan anda berinteraksi dengan orang-orang ini secara rutin,dan anda terpaksa berpura-pura ramah.

Poin terpenting adalah bahwa emosi yang dirasakan dan yang ditampilkan sering kali berbeda. Sebenernya, banyak orang lain memiliki masalah untuk bekerja sama dengan orang lain karena mereka dengan naïf mengasumsikan bahwa emosi yang ditujukan oleh orang lain kepada merekamerupakan apa yang sebenarnya orang lain tersebut rasakan.

Bagaimana Para Manajer Mempengaruhi Suasana Hati

Para manajer dapat member karyawan mereka penghargaan kecil sebagai apresiasi terhadap pekerjaan yang dilaksanakan dengan baik. Selain itu, riset mengindikasikan bahwa ketika para pemimpin berada dalam suasana hati yang baik, anggota kelompok menjadi lebih positif, dan sebagai hasilnya para anggota akan lebih bekerja sama.
Akhirnya, memilih anggota tim yang positif dapat berefek menular seiring suasana hati positif ditularkan dari anggota tim ke anggota tim. Jadi, adalah masuk akal bagi para manajer untuk memilih anggota tim yang memiliki kecenderungan untuk mengalami suasana hati positif.


Ringkasan dan Implikasi untuk Manajer

Emosi dan suasana hati adalah mirip karena keduanya bersifat afektif. Tetapi dua hal ini juga berbeda. Suasana hati adalah lebih umum dan kurang kontekstual dibandingkan emosi.
Dapatkah para manajer mengendalikan emosi dan suasana hati rekan-rekan kerja dan karyawan mereka? Tentu saja terdapat batasan-batasan, secara praktis dan etika. Emosi dan suasana hati merupakan suatu bagian alami dari diri seorang individu. Para manajer melakukan kesalahan jika mereka mengabaikan emosi rekan kerja mereka dan menganggap perilaku orang lain sebagai hal rasional. Para manajer yang memahami peran emosi dan suasana hati akan secara signifikan meningkatkan kemampuan mereka untuk menjelaskan dan meramalkan perilaku rekan kerja mereka.
Apakah emosi dan suasana hati mempengaruhi kinerja seseorang? Ya. Mereka dapat mengganggu kinerja, khususnya emosi-emosi negatif. Itulah mengapa sebagian besar organisasi mencoba untuk mengeluarkan emosi dari tempat kerja.
Tetapi emosi dan suasana hati juga dapat meningkatkan kinerja. Bagaimana? Ada dua cara. Pertama, emosi dan suasana hati dapat meningkatkan tingkat rangsangan, memotivasi karyawan untuk bekerja lebih baik. Kedua, kerja emosional mengungkap bahwa perasaan-perasaan tertentu dapat menjadi bagian dari persyaratan sebuah pekerjaan.
Apakah yang membedakan emosi dan suasana hati yang fungsional dan disfungsional di tempat kerja? Walaupun tidak terdapat jawaban yang tepat untuk pertanyaan ini, sejumlah analis telah menyatakan bahwa variabel penghubung yang penting adalah kompleksitas tugas seorang individu. Semakin kompleks tugas tersebut, seorang pekerja harus menjadi semakin tidak emosional untuk tidak mengganggu kinerja. Sementara rangsangan emosional dengan tingkat minimal mungkin dibutuhkan untuk kinerja yang baik, rangsangan tingkat tinggi akan mengganggu kemampuan untuk berfungsi, khususnya jika pekerjaan tersebut membutuhkan proses-proses kalkulatif dan kognitif yang teliti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar